Model Markowitz menghubungkan risiko yang diukur dengan deviasi standar atau varian (variance) dengan return ekspektasinya atau rata-rata return-nya (mean) dengan pendekatan kuantitatif untuk dapat membentuk set efisien dan portofolio optimal, sehingga metode ini disebut juga dengan mean-variance method. Set efisien (efficient set) berisi portofolio-portofolio efisien yang merupakan portofolio baik, tetapi bukan yang terbaik.
Portofolio yang terbaik hanya ada satu, yaitu portofolio optimal (Hartono 2014). Formulasi portofolio menggunakan model markowitz tidak hanya mengindikasikan pentingnya pendiversifikasian investasi untuk mengurangi risiko total, tetapi juga menunjukkan cara pendiversifikasian yang efektif (Kamil et al. 2006). Model Markowitz mengunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Waktu yang digunakan hanya satu periode.
2. Tidak ada biaya transaksi.
3. Preferensi investor hanya didasarkan pada return ekspektasian dan risiko dari portofolio.
4. Tidak ada pinjaman dan simpanan bebas risiko.
Terdapat kelemahan diversifikasi saham yang dilakukan secara acak yaitu, diyakininya bahwa semakin terdifersifikasi saham dalam suatu portofolio maka akan semakin memperkecil risiko, seperti yang dijelaskan oleh Septyanto dan Kertopati (2014), dengan melakukan penambahan jumlah saham secara terus- menerus dalam suatu portofolio, pada satu titik tertentu dapat mengurangi manfaat dari diversifikasi dan akan meningkatkan risiko.
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan Model Markowitz karena pada Model Markowitz tidak hanya mempertimbangkan saham-saham agar terdifersifikasi tetapi juga mempertimbangkan titik maksimum difersifikasi saham agar dapat meminimalkan risiko. Sedangkan kekurangan dari Model Markowitz adalah penggunaan variance sebagai tingkat ukuran risiko dan penggunaan dari model markowitz tersebut bersifat matematis non linier yang tergolong rumit dibandingkan dengan model lainnya (Ramadhan et al. 2014)
0 Komentar